Assalamu'alaikum....

Assalamu'alaikum....
nderek tepang...kulo Mbah Azzam

salam

Assalamu'alaikum.....
Ahlan wa sahlan.......
Sugeng rawuh.......
ing ngarso sung tulodho....
ing madyo mangun karso....
tut wuri handayani......

Senin, 17 Mei 2010

Untuk kamu yang Moeda-moeda....

Tokoh Muda Muslim Australia ke Indonesia

Antara - Selasa, 18 Mei
Jakarta (ANTARA) - Delegasi tokoh muda Muslim Australia dari Melbourne, Sydney, dan Canberra tiba di Indonesia, untuk ambil bagian dalam program pertukaran bilateral yang bertujuan memperkokoh pemahaman Islam dan masalah antaragama di kedua negara.
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer dalam keterangan pers di Jakarta, Senin, mengemukakan, delegasi Australia ini mencerminkan kemajemukan budaya yang luas dalam masyarakat Muslim Australia yang terdiri atas sekurangnya 70 latar belakang etnis, termasuk dari Indonesia.
"Islam di Australia merupakan kisah yang dinamis serta berevolusi dengan sejarah yang kaya dan yang telah memberikan sumbangsih besar pada keberhasilan Australia kontemporer yang multi-budaya," kata Farmer.
Kontak Islam dengan Australia berlangsung sebelum pemukiman Eropa, yakni pada abad ke-16 ketika pedagang dan nelayan Makassar berbagi kehidupan dengan penduduk asli di sepanjang Australia utara.
"Sangatlah penting bagi pemuda Australia untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang peran agama di Indonesia dan untuk berbagi pandangan tentang berbagai masalah," kata Dubes.
Selama program yang berlangsung dua minggu di Indonesia (16-30/5) mereka berkunjung ke Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta dan bertemu dengan tokoh masyarakat serta agama, akademisi dan perwakilan media.
Delegasi ini juga mengikuti perayaan Waisak Buddha di Yogyakarta dan bertemu dengan intelektual Muslim yang sangat dihormati Emha Ainun Najib.
Salah satu anggota delegasi yang bekerja di Canberra di Kepolisian Federal Australia, Kate Grealy berharap, belajar lebih jauh tentang budaya Indonesia, tantangannya, bagaimana Indonesia memandang Australia dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang variasi praktik dan penafsiran Islam di Indonesia.
Sejak Maret hingga Juni 2010, tiga delegasi Muslim Indonesia mengadakan kunjungan balasan ke Australia di bawah Program Pertukaran Tokoh Muda Muslim (MEP) Australia-Indonesia tahunan ini.
Delegasi Indonesia yang ketiga dan terakhir akan berangkat ke Australia pada awal Juni. Program pertukaran ini didirikan pada 2002 oleh Pemerintah Australia melalui Lembaga Australia-Indonesia (AII). AII telah menjalankan peran yang unik dan vital dalam memupuk persahabatan dan memajukan pemahaman antara Australia dan Indonesia.
Selamat dan Sukses Jambore Nasional Hizbul Wathan 2010
di National Markaz Ground Camping Hizbul Wathan kompleks PusBang PTUM Kaliurang….Merdeka!!!

Jumat, 14 Mei 2010

Berita untuk laki-laki....

Soal:
Assalamu’alaikum wr. wb.
Apakah Khutbah harus didahului dengan salam? Dan adakah hadis yang menjelaskan bahwa Rasulullah saw mengucapkan salam sebelum berkhutbah?
jazakallah atas jawabannya
Jawab;
Wa’alaikumussalam wr. wb.
Para ulama’ berselisih tentang kedudukan salam sebelum khutbah. Dalam masalah ini ada dua pendapat, yang pertama menyatakan sunnah mengucap salam sebelum khutbah, iilah pendapat Syafi’i dan Hanbali. Dan kedua mengatakan tidak ada sunnah mengucapkan salam sebelum khutbah, dan ini adalah pendapat Hanafi dan Maliki.

Golongan pertama, yang menyatakan sunnah berdalil dengan dalil khusus dan dalil umum. Dalil khusus adalah dalil yang menyatakan bahwa Rasulullah saw mengucapkan salam sebelum khutbah. Sedangkan dalil umum adalah perintah untuk menyebarkan salam. Adapun dalil-dalil khusus di antaranya adalah
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَنَا مِنْ مِنْبَرِهِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ سَلَّمَ عَلَى مَنْ عِنْدَهُ مِنَ الْجُلُوسِ ، فَإِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ اسْتَقْبَلَ النَّاسَ بِوَجْهِهِ ثُمَّ سَلَّمَ. (رواه البيهقي)
Dari Ibnu Umar, ra. Ia berkata; Rasulullah saw apabila mendekat mimbar pada hari jum’at beliau memberi salam kepada orang yang duduk di sekitarnya. Dan apabila telah naik di mimbar beliau menghadap kepada umat manusia dengan wajahnya kemudian memberi salam (HR al-Baihaqi)
Di dalam sanad hadis ini terdapat seorang rawi yang oleh para ulama’ diilai dla’if, yaitu Isa bin Abdullah al-Anshari.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ سَلَّمَ
Dari Jabir bin Abdullah ra, ia berkata; Rasulullah saw apabila telah naik mimbar beliau memberi salam (HR Ibnu Majah)
Di dalam sanad hadis ini ada rawi yang bernama Ibnu Lahi’ah. Oleh para ahli hadis dia dinyatakan dla’if.
عَنِ الشَّعْبِيِّ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَعِدَ الْمِنْبَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ اسْتَقْبَلَ النَّاسَ فَقَالَ : السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ ، وَيَحْمَدُ اللهَ ، وَيُثْنِيْ عَلَيْهِ ، وَيَقْرَأُ سُوْرَةً ، ثُمَّ يَجْلِسُ ، ثُمَّ يَقُوْمُ فَيَخْطُبَ ، ثُمَّ يَنْزِلُ ، وَكَانَ أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرَ يَفْعَلاَنِهِ .
Dari asy-Sya’bi ia berkata; Rasulullah saw apabila telah naik mimbar pada hari Jum’at beliau menghadap kepada umat manusia lalu mengucapkan, “Assalamu ’alaikum, dan memuji Allah, menyanjungNya dan membaca surat lalu duduk, kemudian berdiri lalu berkhutbah kemudian turun. Abu bakar dan umar pun melakukan hal demikian (HR Abdurrazzaq dan Ibnu Abi Syaibah)
Asy-Sya’bi adalah seorang ulama’ dari kalangan tabi’in. Tentu ia tidak pernah bertemu Rasulullah saw. Lalu bagaimana ia bisa meriwayatkan hadis dari Rasulullah tanpa melalui seorang shahabat? Karena seorang tabi’in meriwayatkan hadis dari Rasullah saw maka hadis ini dinamakan mursal, dan hadis mursal adalah dla’if.
Selain riwayat-riwayat dari rasulullah saw, mereka juga mengemukakan riwayat-riwayat para shahabat, di antaranya adalah riwayat yang dikemukakan oleh asy-Sya’bi di atas. Selain itu juga ada riwayat lain bahwa Utsman apabila telah naik ke atas mimbar, maka beliau mengucapkan salam (HR Ibnu Abi Syaibah)
Kemudian dalil umum yang dikemukakan di antaranya adalah
“Maka ketika kamu masuk rumah, ucapkan salam untuk dirimu sebagai penghormatan dari Allah yang berisi berkat dan kebaikan.” (An-Nur:61)
عن أنسٍ رضي الله عنه ، قَالَ : قَالَ لي رسول الله صلى الله عليه وسلم : يَا بُنَيَّ ، إِذَا دَخَلْتَ عَلَى أهْلِكَ ، فَسَلِّمْ ، يَكُنْ بَرَكَةً عَلَيْكَ ، وعلى أهْلِ بَيْتِكَ (رواه الترمذي )
Dari Anas bin Malik ra, ia berkata; Rasulullah saw bersabda; Wahai anakku, apabila kamu masuk kepada keluargamu maka berilah salam, niscaya akan ada berkah padamu dan padakeluargamu (HR at-Tirmidzi)
Kalu ayat dan hadis itu berlaku di rumah-rumah kaum muslimin, tentu bisa pula diberlakukan di rumah Allah, ucapan salam kepada saudara-saudara se-Islam.
Adapun alasan yang digunakan oleh kelompok yang menganggap salam sebelum khutbah bukan sunnah adalah;
1- Hadis-hadis yang menjelaskan tentang salam sebelum khutbah semuanya dla’if.
2- Penduduk Madinah memulai khutbah tidak dengan salam. Dan amal penduduk madinah ini adalah amal yang bersambung hingga kepada Rasulullah saw yang tidak menyimpang.
3- Khutbah adalah sebuah dzikir, yang mendahului shalat, sehingga tidak ada syari’at salam sebagaimana adzan dan iqamah.
4- Pada khutbah kedua tidak dimulai dengan salam, dengan mengqiyaskan pada khutbah ini maka pada khutbah pertama pun tidak ada syari’at sunnahnya salam.
Beberapa bantahan terhadap alasan-alasan kelompok
Bantahan terhadap alasan pertama, yang menyatakan hadis tentang salam sebelum khutbah dla’if. Memang secara satu per satu hadis itu dla’if, dengan kedla’ifan yang ringan. Dengan kondisi ini dengan adanya syahid maka hadis tersebut bisa meningkat menjadi hasan lighairihi. Dalam ta’liq terhadap sunan ibnu Majah, al-Albani juga telah menyatakan bahwa hadis tersebut hasan, meskipun Ibnu lahi’ah dikenal sebagai rawi yang dla’if.
Bantahan terhadap alasan kedua, bahwa praktik ibadah penduduk madinah memang menjadi argumen oleh madzhab Maliki. Namun umat islam tidak sepakat dengan argumentasi ini. Dengan adanya riwayat-riwayat yang bisa dierima, argumen ini menjadi mentah dengan sendirinya.
Bantahan ketiga; Sebab diucapkannya dzikir bukan karena khutbah sebagai dzikir, tetapi disebabkan karena menghadapi umat manusia. Hal ini berbeda kasus dengan adzan dan iqamah.
Bantahan keempat; Ada perbedaan situasi antara khutbah pertama dan kedua. Pada khutbah pertama khatib baru masuk di dalam majelis, sedangkan pada khutbah kedua khatib sudah ada di tengah-tengah mereka sehingga tidak memerlukan salam yang baru.
Dengan penjelasan di atas, pendapat yang lebih kuat di antara dua pendapat adalah sunnahnya mengucapkan salam sebelum berkhutbah. Allahu a’lam bish-Shawab.

Kamis, 13 Mei 2010

Ummu Azam berpesan : soal Aqidah...

Macam-macam Syirik Besar (Akbar)

Soal 1: Bolehkah kita minta berkah kepada orang mati atau ghaib?

Jawab:
Tidak boleh, sebagaimana firman Allah:
"Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. (Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan." (an-Nahl:20-21)

"Ingatlah ketika kamu mohon pertolongan kepada Rabb-mu, maka Dia mengabulkan permintaanmu." (al-Anfaal:9)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Wahai yang Maha Hidup, wahai yang Maha Tegak, dengan rahmat-Mu aku beristighatsah (minta pertolongan)." (HR.Tirmidzi:hasan)

Soal 2: Bolehkah kita minta pertolongan kepada selain Allah?

Jawab:
Tidak boleh, dengan dalil firman Allah:

"Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan." (al-Fatihah: 5)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Apabila kamu meminta, maka mintalah kepada Allah dan bila kamu minta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah." (HR.Tirmidzi: Hasan Shahih)



Soal 3: Bolehkah kita minta pertolongan pada orang hidup?

Jawab:
Boleh, selama dalam batas kemampuannya, sesuai dengan firman Allah:

"Tolong menolonglah dalam berbuat baik dan taqwa." (al-Maidah:2)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Allah itu akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya." (HR.Muslim)



Soal 4: Bolehkah kita bernadzar kepada selain Allah?

Jawab:
Tidak boleh, dengan firman Allah:
"Ya Rabb-ku sesungguhnya aku menadzarkan kepada-Mu, apa yang di dalam perutku menjadi panjaga Baitil Maqdis." (Ali Imran: 35)

Dan sabda Rasululllah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Barangsiapa yang bernadzar kepada Allah untuk mentaati-Nya, maka taatilah dan barangsiapa yang bernadzar untuk bermaksiat kepada Allah, maka janganlah maksiat pada-Nya." (HR.Bukhari)

Soal 5: Bolehkah menyembelih qurban untuk selain Allah?

Jawab:
Tidak boleh, dengan dalil firman Allah:
"Maka shalatlah karena Rabb-mu dan berqurbanlah." (al-Kautsar:2)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Allah melaknat orang yang menyembelih qurban untuk selain Allah." (HR.Muslim)

Soal 6: Bolehkah kita berthawaf pada kuburan?

Jawab:
Tidak boleh kita berthawaf kecuali di Ka'bah, dengan dalil firman Allah:
"Dan berthawaflah di rumah yang kuno (ka'bah)" (al-Hajj:29)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Barangsiapa yang berthawaf di Ka'bah tujuh kali dan shalat dua rakaat adalah pahalanya seperti memerdekakan seorang budak." (HR.Ibnu Majah: Shahih)



Soal 7: Apa hukum sihir itu?

Jawab:

Sihir termasuk kufur, dengan dalil firman Allah:
"Akan tetapi syetan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kapada manusia." (al-Baqarah:102)

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Jauhilah tujuh hal yang bersifat membinasakan: Syirik kepada Allah, sihir ..." (HR.Muslim)


Soal 8: Bolehkah kita membenarkan (mempercayai) ahli nujum dan dukun tentang ilmu ghaib?

Jawab:
Tidak boleh, dengan dalil firman Allah:
Katakanlah: "Tidak akan mengetahui orang yang di langit dan yang di bumi itu tentang (hal) ghaib kecuali Allah." (an-Naml:65)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Barangsiapa yang mendatangi ahli nujum dan dukun, kemudian dia membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan pada Muhammad." (HR.Ahmad: Shahih)

Soal 9: Adakah seseorang yang dapat mengetahui perkara ghaib?

Jawab:
Tidak ada seorangpun yang mengetahui tentang yang ghaib kecuali orang yang Allah kehendaki daripada Rasul-rasul-Nya. Firman Allah:

"Dialah yang mengetahui yang ghaib dan tidak seseorangpun yang diberitahu tentang keghaiban itu kecuali orang yang dikehendaki-Nya daripada rasul." (Jin: 26-27)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Tidak ada yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah." (HR.Thabrani: hasan)

Soal 10: Bolehkah kita memakai benang dan kalung untuk mengobati penyakit (tolak balak-red)

Jawab:

Tidak boleh, dengan dalil firman Allah:
"Jika Allah menimpakan kepadamu musibah, maka tidak ada yang bisa menolaknya kecuali Dia." (al-An'am:17)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Ketahuilah, sesungguhnya semua itu hanya akan menambah kelemahan saja, buanglah ia karena sesungguhnya jika kamu mati sedang kamu masih melakukannya, maka kamu akan merugi selamanya." (HR.Hakim: shahih)

Soal 11: Bolehkah menggantungkan merjan atau jimat-jimat atau yang lainnya?

Jawab:
Tidak boleh, dengan dalil firman Allah:
"Jika Allah menimpakan musibah kepadamu, maka tidak ada yang bisa menolaknya kecuali Dia." (al-An'am:17)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Barangsiapa yang menggantungkan diri pada jimat, maka telah musyrik." (HR.Ahmad: Shahih)

Soal 12: Apa hukumnya beramal berdasarkan aturan yang menyelisihi hukum Islam?

Jawab:
Melakukannya adalah kafir, bila ia mengizinkannya atau meyakini kebenarannya, dengan dalil firman Allah:
"Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, mereka itu orang kafir." (al-Maaidah:44)

Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
"Dan pemimpin-pemimpin mereka tidak menghukumi dengan kitab Allah dan tidak pula memilih dari apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah akan menimpakan kekerasan yang terjadi antar sesama mareka. (HR.Ibnu Majah dan lainnya: hasan)

Soal 13: Bagaimana cara menolak gangguan syetan yang menanyakan: "Siapa yang menciptakan Allah?"

Jawab:
Apabila syetan membisikan pertanyaan ini pada salah seorang di antara kamu, maka mintalah perlindungan kepada Allah, dengan dalil:

"Dan jika syetan itu mengganggumu, maka mintalah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (Fushshilat:36)

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengajarkan pada kita untuk menolak tipudaya syetan dengan mengucapkan :

"Amantubillahi warasulihi, Allahu Ahad, Allahush Shamad, Lam yalild walam yulad walam yakun lahu kufuwan ahadun."

("Aku beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, Allah itu Maha Esa, Allah tempat bergantung, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak seorangpun yang menyamai-Nya"), kemudian meludah ke kiri tiga kali dan mengucapkan :
"A'uudzubillahi minasyaithonirrajiimi"
maka akan terbebas dari godaan syetan. (Ini adalah ringkasan hadits-hadits shahih dalam riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud)

Soal 14: Apa bahaya syirik besar?

Jawab:
Syirik besar menyebabkan kekal di neraka, dengan dalil firman Allah:
"Sesungguhnya orang yang musyrik kepada Allah, maka Allah mengharamkan surga baginya dan tempat tinggalnya adalah neraka dan tidaklah ada penolong bagi orang-orang yang zalim."(al-Maaidah:72)

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Barangsiapa yang menghadap Allah dengan membawa kemusyrikan sedikit saja, maka ia masuk neraka." (HR.Muslim)

Soal 15: Bermanfaatkah amal yang disertai syirik?

Jawab:
Tidak bermanfaat, dengan dalil firman Allah:
"Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (al-An'am:88)

Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits qudsi:
"Allah berfirman: Aku tidak butuh pada sekutu-sekutu itu, barangsiapa yang beramal dengan amalnya itu dia mempersekutukan Aku dengan yang lainnya, maka akan Ku-tinggalkan dia bersama sekutunya." (HR.Muslim)

(Dinukil dari "Khud Aqidataka", Penulis: Muhammad bin Jamil Zainu, Edisi Indonesia: "Koreksi Aqidahmu", Penerjemah: Abu Hamdan, halaman: 23-35)

Kamis, 06 Mei 2010

From qaulan kariiman.....

Membangun Kecerdasan Hati (1)

>> Taujih
Seri Membangun Kecerdasan Hati (1)
HARMONI HATI DAN ILMU
Oleh : Tjah SD Muh CC
“Orang yang benar butuh permulaan yang benar.
Permulaan yang benar butuh keikhlasan, dan keikhlasan itu ada pada niat suci, sementara kesucian niat ada pada hati yang bersih.
(Kalam Hikmah)
Saudaraku, ibarat orang yang berazam ingin ke Surabaya, tentu ia hanya akan sampai ke tujuan kalau sedari awal ia naik bus jurusan Surabaya. Adapun kalau yang ia pilih adalah bus jurusan Jakarta, tentu sampai kapanpun ia tak ‘kan sampai ke tujuan.
Pohon mangga hanya akan tumbuh dari biji mangga, dan biji salak pastilah akan menumbuhkan pohon yang sama. Tidak akan mungkin biji mangga menumbuhkan pohon salak, begitu pula sebaliknya.
Demikianlah Saudaraku, sebuah kebenaran dalam bentuk apapun, hanya akan tumbuh dari biji bernama kebenaran. Bagaimana mungkin pohon kebenaran bisa tumbuh berkembang dari sebuah biji bernama kesalahan.
Terus, bagaimana “pohon” kebenaran ini bisa tumbuh dengan baik pada diri seseorang ? Kalam Hikmah di atas mengatakan : “butuh keikhlasan !”.
Keikhlasan adalah saudara kembar kebenaran; keduanya terlahir dari rahim yang sama, pada waktu yang bersamaan; dimana ada kebenaran di situ ada keikhlasan, begitu pula sebaliknya. Antara keduanya tidak bisa dipisahkan oleh apapun dan siapapun. Kebenaran tanpa keikhlasan adalah fatamorgana, dan keikhlasan tanpa kebenaran adalah utopia bahkan tipu daya.
Keikhlasan adalah teman perjalanan kebenaran. Selamanya kita tidak pernah menjumpai kebenaran berjalan sendirian tanpa ditemani sang “kekasih” tercinta bernama keikhlasan.
Seandainya kita membiarkan kebenaran yang ada pada diri kita tumbuh sendirian, maka pastilah ia akan menjadi kebenaran yang kering bahkan mati, yang tidak bisa memberi manfaat sedikit pun untuk kita, bahkan keberadaannya akan menjadi beban berat, yang membuat perjalanan hidup ini semakin tertatih-taih.
Tidak demikian halnya bila keikhlasan ikut menyertai; kebenaran akan memancarkan “keceriaan” hakiki, yang dirasakan tidak hanya oleh siempunya kebenaran, tapi juga oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Kebenaran akan berubah menjadi embun penyejuk yang akan menetesbasahi setiap diri yang kerontang dalam keringnya jiwa.
Lantas, dari manakah kita bisa memperoleh keikhlasan ini ? Jawabannya adalah dari niat yang suci.
Niat adalah kesengajaan melakukan amal, dan “suci” tiada lain adalah Allah, karena di alam semesta ini tidak ada yang “suci” dalam arti yang hakiki kecuali Dia Rabbul ‘Izati. Subhaanallaah, Maha Suci Engkau ya Allah.
Niat suci akan dimiliki manakala kita menyengaja melakukan amal semata-mata karena ingin memperoleh ridha Allah Yang Maha Suci, lepas sama sekali dari tujuan dan harapan sesaat, yaitu kesenangan duniawi.
Terus, dimana kita bisa menemukan kesucian niat ini ?
Kesucian niat hanya bisa kita temukan di sela-sela sebongkah daging bernama hati, dengan catatan jenis hati tersebut adalah hati yang betul-betul bersih dari berbagai kotoran.
Dari hati yang bersih akan tumbuh niat-niat yang suci lagi bersih, yang mendorong kita beramal dengan ikhlas semata-mata karena Allah. Saat keikhlasan ini bertemu dengan kebenaran, maka akan lahirlah sosok manusia baru dalam diri kita, yakni manusia yang seluruh lintasan pikiran, perasaan, keinginan, kata dan perbuatannya menyatu dalam satu senyawa, senyawa kebenaran.
Saudaraku, kalam hikmah di atas memberikan kesimpulan kepada kita, bahwa cita-cita menjadi orang yang benar itu harus diawali dengan memiliki hati yang bersih
Cukupkah hanya dengan hati bersih ?
Tentu belum, gambarannya seperti ketika kita haus, kemudian ada orang yang memberi sebuah gelas yang sangat bersih kepada kita, akan tetapi di dalam gelas bersih tersebut tak terdapat air setetespun.
Apalah artinya gelas bersih tanpa isi bagi orang yang haus ?! Tetap saja ia kehausan.
Berarti kita harus mengisi “air” kedalam “gelas” hati kita ? Ya, air kehidupan, yaitu ilmu pengetahuan.
Hati bersih tanpa ilmu adalah gelas bersih tanpa isi. Tapi ilmu yang berada di hati yang kotor adalah air yang kita tuangkan kedalam gelas kotor. Keduanya tidak bisa memberikan manfaat sedikitpun saat kita kehausan.
Lantas, mana yang harus kita dahulukan ? membersihkan hati terlebih dahulu atau mengisinya ? Ibarat gelas kotor yang ingin kita isi air, tentu kita harus membersihkannya terlebih dahulu baru setelah itu mengisinya dengan air.
Allah Ta’ala berfirman : “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan (hati) mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Al Jumu’ah : 2)
Saudaraku, ketika seseorang membiarkan dirinya disirami air ilmu pengetahuan, dalam keadaan gelas hatinya dipenuhi kotoran, maka yang akan timbul dari dirinya adalah satu diantara lima kemungkinan berikut ini:
Kemungkinan I Seperti Gelas Terbalik.
Gelas terbalik ketika diisi air, maka akan tumpah tak terarah.
Siapakah kelompok pertama ini ? Ada dua kemungkinan, (pertama) orang-orang kafir, sebab sekotor-kotor hati adalah hati orang kafir, (kedua) orang Islam tapi phobi terhadap Islam, mereka menolak bahkan membenci apa saja yang berbau Islam.
Kemungkinan II : Seperti Gelas Tertutup.
Gelas tertutup adalah gelas yang ketika kita tuangkan air, dia tidak bisa menampung air tersebut.
Siapakah mereka ?
Mereka adalah orang yang sok tahu. Kesimpulan sok tahu ini terjadi karena mereka merasa hidup di tengah-tengah orang alim, lingkungan mereka adalah ilmu pengetahuan, bergaul dengan ahli ilmu, namun keyataannya tak ada satu tetespun ilmu yang membasahi kerongkongan hatinya. Mereka mencukupkan bahkan membanggakan diri dengan berteman bersama orang alim, mengoleksi buku-buku tentang ilmu tapi tidak pernah mempelajarinya
Kemungkinan III : Seperti gelas terbuka tapi bocor bagian bawahnya.
Air tersebut akan tumpah kemana-mana.
Siapakah mereka ?
Mereka adalah orang yang ngaku-ngaku tahu. Mereka bersikap demikian karena mereka merasa bahwa mereka betul-betul sudah mengaji dan mengkaji ilmu. Namun ilmu tersebut satu tetes pun tidak ada yang tertampung. Mengapa demikian ? Bisa jadi karena mereka salah motivasi, salah niat. Mengaji dengan tujuan hanya sekedar pujian dan popularitas.
Mereka semangat mengaji dan mengkaji ilmu hanya untuk memenuhi kepuasan telinganya semata. Mereka mengisi telingannya dengan berbagai ilmu pengetahuan, sementara hatinya dibiarkan berlobang membusuk karena kotoran ma’shiyat dan dosa.
Akibatnya ? Bertahun-tahun mengaji, tetapi tidak ada hasil yang bisa dijumpai, baik dalam bentuk ziyadatul ilmi (bertambahnya ilmu) ataupun taghyirul amal (berubahnya amal ke arah yang lebih baik).
Kemungkinan IV : Seperti gelas yang sudah terpenuhi air.
Seandainya ke dalam gelas tersebut kita tuangkan air, maka air itu akan melimpah tak tentu arah.
Siapakah mereka ?
Mereka adalah orang-orang yang memang sesungguhnya memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam dan melimpah, namun sayang, ilmu yang banyak tersebut membuat mereka jadi sombong. Akibatnya mereka cenderung menolak ilmu yang diberikan orang lain bahkan meremehkannya.
Kemungkinan V : Seperti gelas kosong yang diisi air.
Gelas seperti ini awalnya akan bisa menampung air yang dituangkan ke dalamnya, namun lama kelamaan air tersebut pastilah akan memenuhi gelas. Seandainya air tetap dituangkan maka akibatnya sama persis seperti gelas ke empat di atas.
Demikianlah lima kemungkinan yang terjadi ketika seseorang mengaji dan mengkaji ilmu, namun membiarkan hatinya dalam keadaan kotor. Selamanya ilmu yang dimilikinya tidak akan membuahkan amal, perubahan, kebaikan juga kemanfaatan.
Na’uudzu Billaah.
Ya Allah, lindungi kami dari segala yang mengotori hati. Cegahlah kami dari ilmu-ilmu yang hanya menjadi beban bagi kami. Jadikan setiap ilmu yang kami miliki membuat kami semakin mengenal-Mu, mencintai-Mu dan mentaati-Mu.
>> Kisah Berhikmah
Abul Hasan Sariy as Saqthi
Abul Hasan Sariy As Saqthi dikenal sebagai ulama Hadits dan Aqidah, juga ahli wara’ (menjaga diri dari salah dan dosa). Beliau wafat pada tahun 253 H (867 M).
Sepenggal kisah berhikmah tentang beliau adalah tentang pengakuan beliau di hadapan murid-murid beliau : “30 tahun saya memohon ampun kepada Allah karena ucapan ‘Alhamdulillah’ yang saya ucapkan.”
“Bagaimana bisa begitu ?” Tanya salah seorang murid.
“Di suatu hari terjadi kebakaran di Baghdad, lalu datanglah seorang laki-laki kepadaku, seraya berkata : “Kedaimu selamat !” Maka saya jawab : “Alhamdulillah.” Sejak kejadian itu, selama 30 tahun saya menyesalinya. Bagiku ucapan itu menandakan bahwa saya hanya menginginkan kebaikan untuk diriku sendiri dan saya melupakan kebaikan kaum muslimin yang lain.”
>> SMS Solusi
Ustadz, apakah ketika Fathimah menangis dan mengeluh pada Rasulullah tentang beratnya pekerjaan beliau telah mengurangi keikhlasannya ? 08562912xxx
Sesungguhnya menangis dan mengeluh karena beratnya beban adalah manusiawi, sepanjang keduanya dilakukan bukan karena kecewa terhadap taqdir Allah. Demikianlah Fathimah putrid Rasulullah melakukannya.
Ustadz bagaimana sikap kita bila ada laki-laki yang baik agama dan akhlaknya sedang kita sudah suka pada laki-laki lain namun tidak segera melamar ? 081548553xxx
Seorang wanita sah-sah saja suka kepada laki-laki, manakala memang “masanya” sudah tiba, tapi kalau masanya masih jauh, maka sebaiknya ia menyibukkan diri dengan hal-hal yang lebih prioritas, yaitu memperbaiki agama dan akhlak, kelak Allah akan mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang sepadan.

Selasa, 04 Mei 2010

Indahnya Ujian dengan Bismillah...

Rahasia Sukses Menempuh Ujian
Yogyakarta, 25 Muharram 1430 H
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ^_^
Kajian Jelajah HAti siswa-siswi SD Muhammadiyah condongcatur Group
Rahasia Sukses Menempuh Ujian
- Saat ini kita hidup di zaman yang gelap di bawah terangnya cahaya yang menyinari. Akibatnya, banyak manusia yang tahu siapa dirinya, tapi tidak mengenal siapa dirinya ?.
Bagai murid yang sadar bahwa ia sedang menempuh ujian, tapi tidak memahamii soal demi soal yang tertuang di kertas ujian.
:: Rahasia Sukses Menempuh Ujian::
1. FAST (Cepat Mengambil Keputusan)
2. TRUE (Benar dan jujur dalam mengambil keputusan)
3. CONTINUE (Tidak memngenal kata berhenti dalam mengambil keputusan)
-Karena kita dibatasi oleh WAKTU.
-Hakikat hidup, tidak ada hidup tanpa persoalan.
- Hidup adalah goresan garis takdir. Setiap titik dalam goresan takdir kita adalah “persoalan” yang harus kita selesaikan. Tidak sedikit manusia masa kini yang belum menemukan jawaban yang tepat dari setiap persoalan hisup yang dihadapkan dirinya sendiri.
FastTrueContinue, tanpa ketiga bekal ini maka perubahan pada diri manusia hanya akan menjadi mimpi……
TRUE : manusia tidak akan bisa hidup tanpa kejujuran
ASH SHIDQU
: Kesesuaian antara kebenaran yang tersimpan di hati dengan yang terlihat dalam sikap dan perbuatan.
Kejujuran :
- Menyimpan perasaan yang baik, lantas mewujudkannya dalam sikap dan tindakan . (Versi I)
- Menyimpan perasaan yang buruk, lantas melawannya dengan sikap dan tindakan yang ebrlawanan dengan yang dirasakan. (Versi II)
Dalam surat At Taubah[9] : 119,
“Wajib atas kalian bersikap jujur, karena sesungguhnya jujur mengantarkan pada kebaikan. Dan jauhilah oleh kalian dusta, karena sesungguhnya kedustaan itu mengantarkan pada kejelekan. “ (HR. Muslim)
:: Ash Shidqu (Jujur), ada 4 yaitu :
Jujur kepada ALLAH
- wujudnya : Ar Ridlo. Cinta dan benci karena Allah.
Jujur kepada Al Mukmin
- wujudnya : Al Musawah. Memandang mereka sebagai satu tubuh dnegan kita.
Jujur kepada Al ‘Ashi. (Al ‘Ashi : orang yang banyak melakukan ma’shiyat)
- wujudnya : At Tadzkirah. Memandang mereka sebagai orang yang harus diselamatkan.
Jujur kepada diri sendiri
- wujudnya : Jihadun Nafsi. Memandang diri dengan pandangan penuh kewaspadaan.
Selamat dan Sukses UASBN 2010 untuk siswa-siswi kelas VI SD Muhammadiyah Condongcatur Group
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ^_^